Selasa, 01 November 2016

Perkembangan Anak Pra Sekolah


Teori Perkembangan pada Masa Pra-Sekolah
Masa kanak-kanak dini atau anak usia pra-sekolah merupakan fase perkembangan individu sekitar 2-6 tahun, ketika anak mulai memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai perempuan atau laki-laki, dapat mengatur diriya sendiri dan mengenal bebrapa hal yang dianggap berbahaya. Secara umum, aspek-aspek perkembangan pada usia anak pra sekolah ini dapat diuraikan sebagai berikut;
1.      Perkembangan fisik
Perkembangan fisik merupakan dasar bagi kemajuan perkembangan berikutnya. Seiring meningkatnya pertumbuhan tubuh, baik menyangkut berat badan dan tinggi, maupun tenaganya, memungkinkan anak untuk lebih mengembangkan keterampilan fisiknya dan eksplorasi terhadap lingkungan tanpa bantuan orang tua. Pada usia ini banyak perubahan fisiologis seperti pernapasan yang menjadi lebih lambat dan dalam serta denyut jantung lebih lama dan menetap. Proporsi tubuh juga berubah secara dramatis seperti pada usia 3 tahun, rata-rata tingginya sekitar 80-90 cm dan beratnya sekitar 10-13 kg, sedangkan pada usia 5 tahun tingginya dapat mencapai 100-110 cm. Tulang  kakinya tumbuh dengan cepat dan tulang-tulang semakin besar dan kuat, pertumbuhan gigi semakin komplit. Untuk perkembangan fisik anak sangat diperlukan gizi yang cukup seperti protein, vitamin, dan mineral dsb.

2.      Perkembangan Intelektual
Menurut Piaget, perkembangan kognitif pada usia ini berada pada periode preoperasional, yaitu tahapan dimana anak belum mampu menguasai operasi mental secara logis. Periode ini juga ditandai dengan berkembangnya representasional atau symbolic function yaitu kemampuan menggunakan sesuatu untuk mempresentasikan sesuatu yang lain menggunakan simbol-simbol seperti bahasa, gambar, isyarat, benda, untuk melambangkan sesuatu atau peristiwa. Melalui kemampuan diatas, anak mampu berimajinasi atau berfantasi tentang berbagai hal. Ia dapat menggunakan kata-kata, benda untuk mengungkapkan lainnya atau suatu peristiwa.

3.      Perkembangan Emosional
Pada usia 4 tahun, anak sudah mulai menyadari akunya, bahwa akunya (dirinya) berbeda dengan Aku (orang lain atau benda). Kesadaran ini diperoleh dari pengalaman bahwa tidak semua keinginannya dapat dipenuhi orang lain. Bersamaan dengan itu berkembang pula perasaan harga diri. Jika lingkungannya tidak mengakui harga dirinya seperti memperlakukan anak dengan keras, atau kurang menyayanginya maka dalam diri anak akan berkembang sikap-sikap keras kepala, menentang, atau menyerah dengan terpaksa. Beberapa emosi umum yang berkembang pada masa anak yaitu, takut (perasaan terancam), cemas (takut karena khayalan), marah (perasaan kecewa), cemburu (merasa tersisihkan), kegembiraan (kebutuhan terpenuhi), kasih sayang (menyenangi lingkungan), phobi (takut yang abnormal), ingin tahu (ingin mengenal).

4.      Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa anak pra-sekolah, dapat diklasifikasikan kedalam dua tahap (sebagai kelanjutan dari dua tahap sebelumnya). Masa Ketiga (2,0-2,6 tahun) bercirikan;
a.       Anak sudah mulai bisa menyusun kalimat tunggal yang sempurna.
b.      Anak sudah mampu memahami memahami tetang perbandingan.
c.       Anak banyak menanyakan tempat dan nama; apa, dimana, darimana, dsb.
d.      Anak sudah mulai menggunakan kata-kata berawalan dan berakhiran.
Tahap Keempat (2,6-6,0 tahun) bercirikan;
a.       Anak sudah menggunakan kalimat majemuk beserta anak kalimatnya.
b.      Tingkat berpikir anak sudah lebih maju.
c.       Anak banyak bertanya tentang waktu, sebab akibat melalui pertanyaan kapan, mengapa, bagaimana, dsb.

5.      Perkembangan Sosial
Pada usia anak pra-sekolah (terutama mulai usia 4 tahun), perkembangan sosial anak sudah tampak jelas, karena mereka sudah mulai aktif berhubungan dengan teman sebayanya. Tanda-tanda perkembangan sosial pada tahap ini adalah;
a.       Anak mulai mengetahui aturan-aturan (lingkungan keluarga/lingkungan bermain).
b.      Sedikit-sedikit anak sudah mulai tunduk pada peraturan.
c.       Anak makin menyadari akan kepentingan diri dan kepentingan orang lain.
d.      Anak sudah bisa bersosialisasi (bermain) dengan anak-anak yang lain (peer group) Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh iklim sosio-psikologis keluarga. Anak akan mampu menyesuaikan diri dengan keharmonisan, kerjasama dan berkomunikasi serta konsisten pada aturan bila lingkungan keluarga bersuasana kondusif.

6.      Perkembangan Bermain
Usia anak pra-sekolah dapat dikatakan sebagai masa bermain, karena setiap waktunya diisi dengan kegiatan bermain. Terdapat beberapa macam permainan anak seperti;
a.       Permainan fungsi (permainan gerak),ex: meloncat-loncat, berlarian dsb.
b.      Permainan fiksi, ex: kuda-kudaan, perang-perangan dsb
c.       Permainan reseptif atau apresiatif, ex: mendengar cerita, dongeng dsb
d.      Permainan konstruksi, ex: membuat kue dari tanah, membuat rumah-rumahan dsb
e.       Permainan prestasi, ex: sepak bola, basket, dsb.
Secara psikologis dan pedagogis, bermain mempunyai nilai-nilai yang sangat berharga bagi anak, diantaranya;
a.       Anak memperoleh perasaan senang, puas, bangga dsb
b.      Anak dapat mengembangkan rasa percaya diri, tanggung jawab.
c.       Anak dapat berimajinasi secara luas dan berkreatifitas.
d.      Anak dapat mengenal aturan bermain
e.       Anak dapat memahami bahwa dirinya dan orang lain sama-sama mempunyai kelebihan dan kekurangan.
f.        Anak dapat mengembangkan sikap sportif, tenggang rasa atau toleransi.

7.      Perkembangan Kepribadian
Masa anak-anak awal ini lazim disebut masa Trotzalter atau periode perlawanan atau masa krisis pertama. Krisis ini terjadi karena ada perubahan yang signifikan dalam dirinya, yaitu dia mulai sadar akan Aku-nya, dia menyadari bahwa dirinya terpisah dari lingungannya atau orang lain, dia suka menyebut nama dirinya apabila bericara dengan orang lain. Dengan kesadaran ini anak menemukan bahwa ada dua pihak yang berhadapan yaiu Aku-nya dan orang lain (orang tua, saudara, teman). Dia sadar bahwa tidak semua keinginannya akan dipenuhi orang lain atau diperhatikan kepentingannya. Pertentangan didalam diri anak ini dapat menyebabkan ketegangan sehingga tidak jarang anak meresponsnya dengan sikap membandel atau keras kepala. Bagi usia anak, sikap membandel ini merupakan suatu kewajaran, karena perkembangan pribadi mereka sedang bergerak dari sikap dependen (membutuhkan perawatan) ke independent (bebas). Oleh karena itu agar tida berkembang sikap membandel anak yang kurang terkontrol orang tua harus menghadapinya secara bijaksana dan penuh kasih sayang.

8.      Perkembangan Moral
Pada masa ini, anak sudah memiliki dasar tentang sikap moralitas terhadap kelompok sosialnya (orang tua, saudara, dan teman  sebaya) melalui pengalaman berinteraksi dengan orang lain. Melalui proses berinteraksi ini anak belajar memahami tentang kegiatan atau prilaku yang baik, buruk, dilarang, disetujui, dsb. Maka berdasarkan pemahaman iti, anak harus senantiasa dilatih dan dibiasakan bagaimana seharusnya bertingkah laku yang baik. Pada saat mengenalkan konsep-konsep baik buruk, benar salah, orang tua hendaknya memberikan penjelasan tentang alasannya, seperti; mengapa harus gosok gigi sebelum tidur, mengapa harus mencuci tangan sebelum makan, mengapa tidak boleh membuang sampah sembarangan. Hal ini diharapkan akan mengembangkan self-control  atau self discipline (kemampuan mengendalikan diri) pada anak. Pada usia pra-sekolah berkembang kesadaran sosial anak yang meliputi sikap simpati  atau sikap kepedulian terhadap sesama.

9.      Perkembangan Kesadaran Beragama
Secara umum, kesadaran beragama pada usia ini ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut ;
a.         Sikap keagamaannya masih bersifat reseptif (menerima) meski banyak bertanya.
b.         Pandangan keTuhanannya bersifat anthropormorph (dipersonifikasikan).
c.         Penghayatan secara rohaniah masih superficial (belum mendalam) meski telah ikut berpartisipasi dalam beribadah.
d.         Hal keTuhanan dipandang secara khayalan sesuai taraf berpikirnya. Pengetahuan anak tentang agama akan terus berkembang ketika mendengarkan ucapan-ucapan orang tuanya, melihat sikap dan prilaku orang tuanya saat beribadah, serta pengalaman dalam mengikuti ibadah dan meniru ucapan orang tuanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar