Selasa, 01 November 2016

Laporan Hasil Praktek Merawat Jenazah



LAPORAN HASIL PRAKTEK
MERAWAT JENAZAH
Dosen Pengampu : Ahmad Ilman Nafia, S.Pd.I, M.pd.I









Disusun Oleh :
Maskur Ari Wibowo (15610013)
Kelompok Mahasiswa FAI UNDARIS Semester 3





FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS DARUL ULUM ISLAMIC CENTRE SUDIRMAN GUPPI
(UNDARIS)
TAHUN AKADEMIK 2016 / 2017
KATA PENGANTAR

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya penyusun dapat melaksanakan dan melaporkan hasil praktek merawat jenazah.

Laporan ini dibuat guna memenuhi tugas matakuliah Materi Pendidikan Agama Islam I yang di ampu oleh dosen pengampu yaitu Akhmad Ilman Nafia, S.Pd.I, M.Pd.I.

Laporan ini tentunya masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi sempurnanya Laporan ini.

Semoga Laporan ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat untuk membangun wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi penyusun dan kita semua.


Penyusun,

Kelompok Mahasiswa
FAI UNDARIS Smt 3








BAB I
PENDAHULUAN

A.       LATAR BELAKANG
Dunia ini hanya tempat persinggahan kita yang sementara sedangkan tempat kita yang abadi dan kekal adalah di akhirat kelak. Banyak orang yang melupakan akan akhirat, sehingga kondisi seperti ini akan terjadi terus menerus dan turun menurun yang mengakibatkan rusaknya akidah-akidah Islam yang tidak lain yang merusaknya adalah orang Islam itu sendiri. Lain juga akan banyak generasi muda yang sebenarnya orang Islam tetapi tidak tahu bagaimana caranya mengurus jenazah. Bahkan ada yang tidak tahu bagaimana caranya sholat dan mengaji. Permasalahan seperti diatas harus ditanggulangi dan mendapat perhatian khusus dari keluarga dan masyarakat. Salah satu cara efektif untuk mengatasi permasalahan diatas yaitu dengan cara mengadakan pengajian, ceramah, dan siraman rohani dengan rutin. Melalui cara ini diharapkan generasi muda pada umumnya dapat terus bersaing dengan kemajuan teknologi, tanpa melupakan norma-norma agama.

B.       RUMUSAN MASALAH
1.         Bagaimana sikap Rasulullulah SAW apabila ada orang yang meninggal?
2.         Bagaimana Cara Memandikan Jenazah ?
3.         Bagaimana Cara Mengkafani Jenazah ?
4.         Bagaimana Cara Menyalati Jenazah ?

C.       TUJUAN
1.         Menjelaskan Sikap Rasululah SAW apabila ada orang yang meninggal.
2.         Menjelaskan Cara memandikan Jenazah.
3.         Menjelaskan Cara Mengkafani Jenazah.
4.         Menjelaskan Cara Menyalati Jenazah.



BAB II
PEMBAHASAN

A.       Menjelaskan Sikap Rasulullah SAW apabila ada orang yang meninggal dunia.
Rasulullah SAW sangat berlaku ihsan terhadap seseorang yang meninggal dunia dan melaksanakan untuknya beberapa urusan yang memberi manfaat bagi si mayit di dalam kubur dan di hari kiamat. Dan Rasulullah sangat berlaku Ihsan terhadap ahli kerabat orang yang meninggal itu.
Rasulullah SAW berdiri dan menyuruh sahabat bershaf-shaf di belakangnya untuk memohon ampunan-ampunan untuk si mayit dan memohon rahmat. Sesudah itu beliau beserta para sahabat-sahabatnya pergi bersama-sama ke kuburan. Di atas kuburan mereka berdiri untuk berdoa dan memohon tasbit dan rahmat buat si mayit itu. Kemudian sering kali Rasulullah SAW mengunjungi kuburan dan menentukan doa-doa yang menghasilkan rahmat, ampunan, dan kesenangan bagi ahli kubur.
Terkadang jenazah itu dibawa ke masjid untuk beliau shalatkan. Apabila ada orang yang membawa jenazah, Rasulullah SAW, bertanya: ”apakah orang yang telah meninggal itu ada meninggalkan hutang?” jika orang yang meninggal itu ada mempunyai hutang, beliau tidak menyolatinya, beliau menyuruh para sahabat menyolatinya kemudian di kala pembendaharaan negara telah banyak, beliau membayar hutang-hutang orang yang meninggal itu dan menyolatinya.

B.       Cara Memandikan Jenazah.
Kewajiban pertama yang harus dilakukan terhadap jenazah adalah memandikannya. Salah satu petunjuk memandikan jenazah terdapat dalam hadis berikut ini. Yang artinya: “Mandikanlah dia dengan air serta daun bidara (atau sesuatu yang dapat membersihkan seperti sabun).” (H.R. al-Bukhari: 1186)
·           Jenazah dimandikan jika ia memenuhi beberapa syarat, yaitu:
1.        Orang Islam;
2.        Tubuhnya masih ada walaupun hanya sebagian yang ditemukan, misalnya karena peristiwa kecelakaan;
3.        Tidak mati syahid (mati dalam peperangan membela agama Allah).
Seperti hadis yang artinya:
Saya menjadi saksi atas mereka (yang mati dalam perang Uhud) pada hari kiamat. Lalu Rasulullah memerintahkan orang-orang yang gugur dalam Perang Uhud, supaya dikuburkan dengan darah mereka, tidak dimandikan, dan tidak disalatkan.” (H.R al-Bukhari: 3771).
·           Memandikan jenazah dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu:
1.        Disiapkan air yang bersih dan suci secukupnya, sabun mandi dan wangi-wangian.
2.        Ruangan untuk memandikan jenazah adalah ruangan yang terlindung dari pandangan orang banyak dan yang ada pada ruangan itu hanyalah orang-orang yang akan memandikan dan sank family yang termasuk muhrim.
3.        Mayat dibaringkan ditempat yang agak tinggi dan bersih, diselimuti dengan kain agar tidak terbuka atau terlihat auratnya.
4.        Setelah mayat dibaringkan, pertama-tama yang dibersihkan adalah segala kotoran dan najis yang mungkin ada dan melekat pada anggota badan mayat, termasuk kotoran yang ada pada kuku tangan dan kaki.
5.        Disiram dengan air dingin. Kalau dianggap perlu boleh dengan air hangat untuk memudahkan dan mempercepat menghilangkan kotoran yang masih melekat pada badan mayat.
6.        Cara menyiramnya, dimulai dari lambung sebelah kanan, kemudian lambung sebelah kiri, terus kepunggung sampai ujung kedua kaki.
7.        Setelah disiram merata keseluruh badan, digosok dengan sabun pelan-pelan dan hati-hati, kemudian disiram lagi dengan air bersih sampai bersih.
8.        Rambut kepala dan sela-sela jari tangan dan kaki harus dibersihkan sampai benar-benar merata dan bersih.
9.        Meratakan air keseluruh badan mayat, sedikitnya tiga kali atau lima kali, atau lebih dari lima kali.
10.    Siraman terakhir dicampur dengan wangi-wangian, misalnya kapur barus dan sebagainya.
11.    Terakhir, mayat diwudhukan dengan memenuhi rukun wudhu dan sunnah-sunnahnya.
·           Adapun yang berhak memandikan jenazah adalah sebagai berikut.
1.        Apabila jenazahnya laki-laki, yang berhak memandikannya adalah:
a.         Kaum laki-laki;
b.        Boleh wanita asalkan istri atau mahramnya;
c.         Jika sama-sama ada istri, mahram, dan orang lain yang sejenis, yang lebih berhak memandikannya adalah istri;
d.        Jika tidak ada kaum laki-laki dan mahramnya juga tidak ada, jenazah cukup ditayamumkan saja.
2.        Apabila jenazahnya perempuan, yang berhak memandikan adalah:
a.         Kaum perempuan;
b.        Boleh laki-laki asalkan suami atau mahramnya;
c.         Jika sama-sama ada suami, mahram, dan orang lain yang sejenis, yang lebih berhak memandikannya adalah suami;
d.        Jika tidak ada kaum perempuan dan mahramnya juga tidak ada, jenazah cukup ditayamumkan saja.
3.        Apabila jenazahnya anak-anak, yang berhak memandikan adalah:
a.         Kaum laki-laki;
b.        Kaum perempuan.

C.       Cara Mengkafani Jenazah.
Setelah memandikan, kewajiban yang harus kita lakukan adalah mengafani.
·           Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengafani jenazah adalah sebagai berikut:
1.        Kain kafan harus dalam keadaan baik, tetapi tidak boleh berlebihan, tidak dari jenis bahan yang mewah dan mahal harganya.
2.        Kain kafan hendaknya bersih dan kering serta diberi minyak wangi.
3.        Laki-laki dikafani dengan tiga lapis kain kafan, sedangkan perempuan dengan lima lapis,
sebagaimana hadis berikut ini. Yang artinya:
“Dari Aisyah, Rasulullah saw. dikafani dengan tiga lapis kain putih bersih yang terbuat dari kapas, tanpa baju, dan tanpa serban didalamnya”. (H.R. al-Bukhari: 1563)
4.        Orang yang meninggal dalam ihram, baik ihram haji maupun ihram umrah, tidak boleh diberi harum-haruman dan tutup kepala.
·           Cara mengafani jenazah adalah:
1.        Hamparkan kain sehelai demi sehelai;
2.        Taburkan wangi-wangian di atas tiap helai;
3.        Kain kafan diutamakan yang putih. Jika tidak ada, boleh dengan warna yang lain;
4.        Letakkan jenazah di atas kafan dengan pelan-pelan, semua rongga badan yang terbuka ditutup dengan kapas yang telah diberi wangi-wangian pula;
5.        Letakkan tangan kanan di atas tangan kiri di atas dada;
6.        Ikatlah dengan kuat sebanyak tujuh ikatan.
7.        Bagi jenazah wanita, lima lapis kain kafan tersebut terdiri dari kain basahan (kain bawah), baju, tutup kepala, kerudung, dan kain yang menutupi semua badannya.

D.      Cara Menyalati Jenazah.
Apabila jenazah sudah dimandikan dan dikafani, hendaknya segera disalatkan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan salat jenazah adalah syarat, rukun, dan cara salat jenazah.
1.         Syarat Salat Jenazah.
Syarat salat jenazah adalah sebagai berikut.
a.         Semua yang menjadi syarat salat fardu, menjadi syarat salat jenazah, misalnya menutup aurat, suci badan dan pakaian, serta menghadap kiblat.
b.        Mayat harus sudah dimandikan dan dikafani.
c.         Letak jenazah di sebelah kiblat orang-orang yang menyalatkan, kecuali jika salat di atas kubur atau salat gaib.
d.        Imam berdiri setentang dengan kepala jika mayat itu laki-laki, dan setentang dengan pusat kalau mayat itu wanita.
2.         Rukun Salat Jenazah.
a.         Berdiri jika mampu;
b.        Niat salat jenazah;
c.         Takbir empat 4 kali;
d.        Membaca Surah al-Fatihah setelah takbirotulihram;
e.         Membaca salawat Nabi sesudah takbir kedua;
f.          Mendoakan jenazah,sesudah takbir ketiga dan keempat;
g.         Mengucapkan salam.
3.         Cara Mengerjakan Salat Jenazah.
Cara mengerjakan salat jenazah adalah sebagai berikut,
a.         Sebelum mengerjakan salat jenazah, kita hendaklah mengambil air wudhu, sebagaimana mengerjakan salat fardu.
b.        Setelah berdiri tegak, kita mengucapkan takbir yang pertama sambil mengangkat tangan diiringi niat salat jenazah.
اُصَلِّى عَلى (هَذَا الْمَيِّتِ) (هَذِهِ الْمَيْتَةِ ) اَرْبَعَ تَكْبِيْرَاتٍ فَرْضَ الْكِفَا يَتِ مَأْمُوْمًا لِلّهِ تَعَالى.
Artinya : “Aku niat shalat atas mayit ini empat takbir fardhu kifayah karena Allah Ta’ala”.
c.         Setelah membaca takbir, kita membaca Surah al-Fatihah.
d.        Membaca takbir kedua (allahu akbar), kemudian membaca salawat Nabi berikut ini.
اَللّهُمَّ صَلِّ عَلى مُحَمَّدٍ.
Artinya:
Ya Allah berilah selawat atas Nabi Muhammad

Lebih sempurna bacalah Shalawat sebagai berikut :
اَللّهُمَّ صَلِّ عَلى مُحَمَّدٍوَعَلى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلى اِبْرَاهِيْمَ وَعَلى آلِ اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلى مُحَمَّدٍ وَعَلى آلِ مُحَمَّدٍ. كَمَا بَارَكْتَ عَلى اِبْرَاهِيْمَ وَعَلى آلِ اِبْرَاهِيْمَ فِى الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدُ مَجِيْدٌ.
Artinya : “Ya Allah, Berikanlah sholawat atas Nabi Muhammad dan atas keluarganya, sebagaimana Tuhan pernah memberi rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Dan limpahkan berkah atas Nabi Muhammad dan para keluarganya, sebagaimana Tuhan pernah memberikan berkah kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Diseluruh alam ini Tuhan lah yang terpuji yang maha mulia”.
e.         Membaca takbir ketiga(Allahu akbar). Kemudian membaca doa.
اَللّهُمَّ اغْفِرْ(لَهُ) (لَهَا) وَارْحَمْهُ(هَا) وَعَافِه وَعْفُ عَنْهُ(هَا).
Artinya:
Ya Allah ampunilah dia, kasihanilah dia, sejahterakanlah dia, dan maafkanlah dia.

Doa yang lebih utama sebagai berikut.
اَللّهُمَّ اغْفِرْ(لَهُ) (لَهَا) وَارْحَمْهُ(هَا) وَعَافِه وَعْفُ عَنْهُ(هَا) وَاَكْرِمْ نُزُ(لَهُ) (لَهَا) وَوَسِّعْ مَدْ خَلَهُ(هَا) وَاغْسِلْهُ(هَا)بِ الْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ وَنَقِّهِ(هَا) مِنَ الْخَطَايَ كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْاَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ وَاَبْدِلَهُ(هَا) دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ(هَا) وَاَهْلاً خَيْرًا مِنْ اَهْلِهِ(هَا) وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ(هَا) وَقِهِ(هَا)فِتْنَةَ الْقَبْرِ وَعَذَابَ النَّارِ.
Artinya:
Ya Allah ampuni dia, kasihanilah dia, sejahterakanlah dia, dan maafkanlah dia. Muliakanlah tempatnya, luaskanlah tempat masuknya, mandikanlah dia dengan air es dan embun dan bersihkanlah kesalahannya, sebagaimana dibersihkannya kain putih dari kotoran. Gantikanlah rumahnya dengan rumah yang lebih bagus, dan keluarganya dengan keluarga yang lebih bagus, dan jodohnya dengan jodoh yang lebih bagus dan jauhkanlah (jagalah) dari siksa kubur dan api neraka.

Adapun doa untuk anak – anak adalah sebagai berikut.
اَللّهُمَّ اجْعَلْهُ فَرَطًا لِأَبَوَيْهِ وَسَلَفًا وَذُخْرًا وَعِظَةً وَاعْتِبَارًا وَشَفِيْعًا وًثَقِّلْ بِهِ مَوَازِيْنَهُمَا وَافْرِغِ الصَّبْرَ عَلى قُلُوْبِهِمَا وَلاَ تَفْتِنْهُمَا بَعْدَهُ وَلاَتَحْرِمْنَااَجْرَهُ.
Artinya:
Ya Allah, jadikanlah ia tabungan, simpanan pelajaran, dan teladan serta penolong untuk orang tuanya, dan dengannya beratkanlah timbangan orang tuanya dan tuangkan kesabaran yang baik di hati kaduanya, Dan janganlah menjadikan fitnah kedua orang tuanya sepeninggalnya dan janganlah Engkau (Tuhan) menghalangi pahala kedua orang tuanya.
f.          Membaca takbir keempat, kemudian membaca doa sebagai berikut.
اَللّهُمَّ لاَتَحْرِمْنَا اَجْرَهُ(هَا) وَلاَتَفْتِنّابَعْدَهُ(هَا) وَاغْفِرْلَنَاوَلَهُ(هَا)
Artinya:
Ya Allah, janganlah Engkau haramkan (halang–halangi) kami akan pahalanya, jangan Engkau beri cobaan atau fitnah kami sepeninggalnya, dan ampunilah kami dan dia.

Doa yang lebih utama sebagai berikut.
اَللّهُمَّ لاَتَحْرِمْنَا اَجْرَهُ(هَا) وَلاَتَفْتِنّابَعْدَهُ(هَا) وَاغْفِرْلَنَاوَلَهُ(هَا) وَلِاِخْوَانِنَا الّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْاِيْمَانَ وَلاَتَجْعَلْ فِى قُلُوْبِنَا غِلًّا لِلَّذِيْنَ امَنُوْارَبَّنَا اِنَّاكَ رَؤُفٌ رَحِيْمٌ.
Artinya:
Ya Allah, janganlah engkau haramkan (halang–halangi) kami akan pahalanya, jangan Engkau beri cobaan atau fitnah kami sepeninggalnya, dan ampunilah kami dan dia, dan saudara–saudara kami yang telah beriman terlebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman, Ya Allah Engkau Maha Penyantun dan Penyayang.
g.         Setelah selesai membaca doa, kita melakukan salam sambil memalingkan muka ke kanan dan ke kiri.
اَسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَتُهُ.
Artinya : “Keselamatan dan rahmat Allah semoga tetap pada kamu semua”.



BAB III
PENUTUP

A.       KESIMPULAN
Bahwasannya semua makhluk yang bernyawa itu semuanya akan mengalami yang namanya kematian. Oleh karena itu kita semua harus mempersiapkan bekal dari dunia ini untuk mempertanggung jawabkan di akhirat kelak. Oleh karena itu pula kita sebagai umat islam harus saling membantu satu sama lain. Seperti mengurus jenazah yang hukumnya fardu kifayah.

B.       KRITIK DAN SARAN
Kita sebagai sesama umat islam harus tetap saling membantu mengurus jenazah orang lain walaupun orang itu pernah mempunyai salah kepada kita ataupun menyakiti hati kita karena sesungguhnya mengurus jenazah itu adalah surah Rasul dan hendaknya kita mengikhlaskan semua hutang yang pernah dipinjam oleh orang yang meninggal dunia tersebut kepada kita serta memohonkan ampun bagi si mayit agar amal kebaikannya dapat diterima disisi-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar