PSIKOLOGI PERKEMBANGAN PADA MASA DEWASA MADYA
Definisi Masa Dewasa Madya
Pada umunya usia madya
atau usia setengah baya dipandang sebagai masa usia antara 40 sampai 60 tahun.
Masa tersebut pada akhirnya ditandai oleh adanya perubahan-perubahan jasmani
dan mental. Pada usia 60 tahun biasanya terjadi penurunan kekuatan fisik,
sering pula diikuti oleh penurunan daya ingat. Walaupun dewasa ini banyak yang
mengalami perubahan-perubahan tersebut lebih lambat daripada masa lalu, namun
garis batas tradisionalnya masih nampak. Meningkatnya kecenderungan untuk
pensiun pada usia enam puluhan sengaja atau pun tidak sengaja usia
enam puluhan tahun dianggap sebagai garis batas antara usia madya dengan usia
lanjut, jadi batasnya bukan 65 tahun.[1]
Oleh karena usia madya merupakan periode yang panjang dalam rentang kehidupan
manusia, biasanya usia tersebut dibagi-bagi ke dalam dua sub bagian, yaitu : usia
madya dini yang membentang dari usia 40 hingga 50 tahun dan usia
madya lanjut yang berbentang antara 50 sampai 60 tahun. Selama usia
madya lanjut, perubahan fisik dan psikologis yang pertama kali mulai selama
40-an awal menjadi lebih keliatan.
Seperti halnya periode lain dalam rentang kehidupan berbeda menurut tahap
dimana perubahan fisik yang membedakan usia madya dari masa dewasa dini pada
satu batas, dan usia lanjut di batas lainnya. Menurut pepatah kuno, seperti
halnya buah apel, matangnya pun tidak pada waktu yang sama, ada yang pada bulan
Juli dan ada pula yag pada bulan Oktober. Demikian juga halnya dengan manusia.
Usia madya, pada kebudayaan Amerika saat ini, merupakan masa yang paling sulit
dalam rentang kehidupan mereka. Bagaimanapun baiknya individu-individu tersebut
berusaha untuk menyesuaikan diri hasilnya akan tergantung pada dasar-dasar yang
ditanamkan pada tahap awal kehidupan, khusunya harapan tentang penyesuaian diri
terhadap peran dan harapan sosial dari masyarakat dewasa. Kesehatan mental yang
baik,yang diperlukan pada masa-masa dewasa, memberikan berbagai kemudian untuk
menyesuaikan diri terhadap berbagai peran baru dan harapan sosial usia madya
Masalah-masalah
tertentu yang timbul dalam penyesuaian diri merupakan ciri dari usia madya pada
kebudayaan masa kini. Beberapa dari masalah tersebut lebih sulit lagi
bagi pria, dan beberapa lainnya lebih sulit bagi wanita. Masalah utama yang
harus dipecahkan dan disesuaikan secara memuaskan selama usia madya mencakup
apa saja yang menjadi tugas-tugas perkembangan selama periode ini.
Pada kebanyakan orang tanda dari dewasa madya ditandai dengan kemajuan
pekerjaan, pekawinan, meningkatnya ekonomi, aktif untuk mengikuti kegiatan
sosial, dan dorongan seks bertambah sehingga disebut masa puber kedua,
mengurangi kegiatan yang banyak dilakukan secara fisik dan masa break down secara
fisik seperti mulai sakit-sakitan.
Seperti halnya dengan tugas-tugas perkembangan periode lain, maka tugas-tugas
perkembangan masa dewasa madya tidaklah sepenuhnya dapat dikuasai dalam waktu
sama oleh setiap orang. Hanya beberapa tugas yang bisa dikuasai sepenuhnya.
Kondisi ini selalu bervariasi untuk setiap individu. Kebanyakan tugas-tugas
perkembangan usia dewasa madya ialah persiapan penyesuaian diri dalam mengatur
dan menentukan kebahagiaannyadi masa tua.
Tuga-tugas perkembangan masa dewasa madya ialah menyesuaikan diri pada
perubahan dan penurunan kondisi fisik, menyesuaikan diri dalam perubahan minat,
atau menyesuaikan diri kepada relasi keluarga dan pasangan hidup.
Perkembangan Aspek
Fisik pada Dewasa Madya
Dilihat dari aspek perkembangan fisik, pada awal masa dewasa kemampuan
fisik mencapai puncaknya, dan sekaligus mengalami penurunan selama periode ini.
Dalam pembahasan berikut akan diuraikan beberapa gejala penting dari
perkembangan fisik yang terjadi selama masa dewasa.
Salah satu dari sekian banyak penyesuaian yang sulit yang pria dan wanita
berusia madya harus lakukan adalah dalam mengubah penampilan. Mereka harus
benar-benar menyadari bahwa fisiknya sudah tidak mampu berfungsi lagi sama
seperti sediakala pada saat mereka kuat dan bahkan beberapa organ-organ
tertentu tubuh yang vital sudah lemah. Mereka yang berusia madya harus dapat
menerima kenyataan bahwa kemampuan mereproduksi sudah berkurang atau akan
berakhir, dan mungkin bahkan mereka akan kehilangan dorongan seks serta daya
tarik sosial. Seperti anak-anak puber yang pada masa kanak-kanaknya berurusan
tentang akan jadi apa mereka dan bagaimana penampilannya bila mereka sudah
besar kelak dan siapa yang kemudian menyesuaikan diri sehingga realitas
penampilan mereka bila tidak bertumbuh sesuai dengan harapan mereka, demikian
juga orang berusia madya harus mengesankan diri terhadap perubahan-perubahan
yang tidak mereka sukai dan yang menandai tibanya usia tua mereka.
Penyesuaian diri terhadap
perubahan fisik terasa sulit karena adanya kenyataan bahwa sikap individu yang
kurang menguntungkan semakin diitensifkan lagi oleh perilaku sosial yang kurang
menyenangkan terhadap perubahan normal yang muncul bersama pada tahun-tahun
selanjutnya. Perubahan fisik yang terpenting, yang terhadapnya orang berusia
madya harus menyesuaikan diri dibahas di bawah ini :
1.
Perubahan dalam Penampilan
Seperti telah
diketahui, sejak masa remaja dini, penampilan seseorang memegang peranan yang
sangat pnting terutama dalam penilaian sosial, sambutan sosial, dan
kepemimpinan. Mereka yang berusia madya, memberontak terhadap penilaian status
tersebut yang mereka takuti ketika penampilan mereka menurun.
Bagi pria, terdapat
kesulitan tambahan dalam berlomba dengan orang-orang yang lebih muda,
lebih kuat, dan lebih energik, yang lebih cenderung untuk menilai kemampuanya
dalam mempertahankan pekerjaannya dalam kaitannya dengan penampilan. Baik bagi
pria maupun wanita, selalu terdapat ketakutan bahwa penampilan usia madya
mereka akan menghambat kemampuan untuk mempertahankan pasangan mereka
(suami/istri), ataupun mengurangi daya tarik terhadap lawan jenisnya.
Sebagai kebiasaan umum,
kaum pria pada budaya kita memperlihatkan tanda-tanda ketuaan lebih cepat dari
pada wanita. Hal ini mugkin dapat dijelaskan oleh kenyataan, bahwa kaum wanita
yang menyadari seberapa jauh daya tariknya terhadap kaum pria bergantung pada
penampilan fisik sehingga secara daya tarik tersebut hilang oleh adanya
tanda-tanda mencapai usia madya.
Tanda-tanda menua juga
cenderung menjadi lebih jelas di kalangan kelompok-kelompok sosial-ekonomis
dari pada kelompok lainnya. Pada umunya, pria dan wanita dari kelompok
sosial-ekonomis yang lebih tinggi nampak lebih muda dari usia yang sebenarnya,
sedangkan mereka yang berasal dari kelompok sosial-ekonomi yang lebih rendah
nampak lebih tua dari pada usia yang sebenarnya. Hal ini mungkin sebagian
dijelaskan oleh kenyataan bahwa mereka yang dari kelompok lebih beruntung
kurang bekerja, mengeluarkan lebih sedikit energi dan lebih banyak makan dari
pada mereka yang harus mencari hidup dengan tangan yang kasar. Lebih jauh lagi,
mereka yang berasal dari kelompok yang kurang beruntung tidak mampu menambah
dan mendapatkan ala kecantikan dan pakaian yang bagus yang menutupi tanda-tanda
ketuaan mereka.
2.
Perubahan dalam Kemampuan Indera
Deteorisasi bertahap
dari kemampuan indera mulai pada usia madya. Perubahan yang paling merepotkan
dan nampak terdapat pada mata dan telinga. Perubahan fungsional dan generatif
pada mata berakibat mengecilnya bundaran kecil pada anak mata, mengurangnya
ketajaman mata dan akhirnya cenderung menjadi glukoma, katarak dan tumor.
Kebanyakan orang yang berusia madya menderita presbiopi atau kesulitan melihat
sesuatu dari jarak jauh, yaitu kehilangan berangsur-angsur akomodasi lensa mata
sebagai akibat dari menurunya elastisitas lensa mata. Antara umur 40-50
tahuanan daya akomodasi lensa mata biasanya tidak mampu untuk melihat dengan
jarak dekat sehingga yang bersangkutan terpaksa harus memakai kaca mata.
Kemampuan mendengar
ternyata juga melemah pada usia sekitar 40 tahun, akibatnya mereka yang berusia
madya selalu harus mendengarkan sesuatu secara berlebihan sungguh-sungguh dari
pada yang mereka lakukan pada masa lalu. Mula-mula kepekaan terhadap nada tinggi
menjadi berkurang, kemudian diikuti dengan menurunnya secara drastis sesuai
dengan meningkatnya usia. Oleh karena kehilangan pendengeran, maka mereka yang
berusia madya mulai berbicara dengan keras dan sering monoton. Penurunan dalam
hal pendengaran ini lebih terlihat sentivitas terhadap nada tinggi. Dalam
hal penurunan sensitivitas terhadap nada tinggi ini, terdapat perbedaan jenis
kelamin, yakni laki-laki biasanya kehilangan sensivitasnya terhadap nada tinggi
lebih awal dibandingkan perempuan. Perbedaan jenis kelamin ini mungkin lebih
disebabkan oleh pengaruh pengalaman laki-laki terhadap suara gaduh dalam
pekerjaan sehari-hari, seperti pertambangan, perbengkelan dan sebagainya.
Di samping menurunnya
kemampuan mendengar, terjadi pula penurunan daya cium dan rasa. Hal ini
terutama terjadi pada pria. Alasannya ialah rambut hidung mereka bertambah,
sehingga mempengaruhi rangsangan daya cium untuk menembus organ-organ indra
pencium yang terletak pada batang hidung. Oleh karena rasa sangat tergantung
pada kemampuan membau, indera ini pun menjadi semakin lemah dengan
meningkatkannya usia.
Sampai saat ini, studi
menngenai hubungan antar usia dengan indera peraba, temperatur, dan rasa sakit
belum pernah dilakukan secara meluas untuk menyimpulkan pengaruhnya terhadap
usia. Walaupun demikian diduga bahwa dengan semakin menipisnya kulit karena
pertambahan usia, kepekaan kulit menjadi lebih kuat dari pada mereka yang lebih
muda.
Pada masa tua atau masa
akhir, sejumlah perubahan pada fisik semakin terlihat sebagai akibat dari
proses penuaan. Diantara perubahan-perubahan fisik yang paling kentara pada
masa tua ini terlihat pada perubahan seperti rambut menjadi jarang dan beruban,
kulit mongering dan mengkerut, gigi hilang dan gusi menyusut, konfigurasi wajah
berubah, tulang belakang menjadi bungkuk. Kekuatan dan ketangkasan fisik
berkurang, tulang–tulang menjadi rapuh, mudah patah lambat untuk dapat
diperbaiki. Sistem kekebalan tubuh melemah, sehingga orang tua rentan terhadap
berbagai penyakit.
Tanda-tanda ketuaan
yang paling nyata yang menjadi masalah pada pria dan wanita adalah tanda-tanda
yang ditunjukkan pada kotak di bawah ini:
Tanda-Tanda yang Jelas
Usia Madya
Berat Badan Bertambah
Selama usia madya lemak
mengumpulkan terutama sekitar perut dan paha.
Berkurangnya Rambut dan
Beruban
Rambut pada pria yang
berusia madya mulai jarang, menipis, dan terjadi kebotakan pada bagian atas
kepala. Rambut di hidung, telinga, dan bulu mata menjadi lebih kaku, sedangkan
rambut pada wajah tumbuh lebih lambat dan kurang subur. Rambut wanita semakin
tipis dan rambut di atas bibir atas dan dagu bertambah banyak. Baik rambut pria
maupun rambut wanita mulai memutih menjelang usia lima puluh tahuan, dan
beberapa orang sudah beruban sebelum berusia madya.
Perubahan pada Kulit
Kulit pada wajah,
leher, lengan, dan tangan menjadi lebih kering dan keriput. Kulit dibagian
bawah mata menggembung seperti kantong, dan lingkaran hitam di bagian ini
menjadi lebih permanen dan jelas. Warna merah kebiruan sering muncul di sekitar
lutut dan di tengah tengkuk.
Tubuh Menjadi Gemuk
Bahu seringkali
berbentuk bulat, dan terjadi penggemukan seluruh tubuh yang membuat perut
keliahatan menonjol sehingga seseorang keliahatan lebih pendek.
Masalah Persendian
Beberapa orang berusia
madya mempunyai masalah pada persendian, tungkai dan lengan, yang membuat
mereka sulit berjalan dan memegang benda yang jarang sekali ditemukan pada
orang-orang muda.
Perubahan pada Gigi
Gigi menjadi kuning dan
harus lebih sering diganti, sebagian atau seluruhnya dengan gigi palsu.
Perubaha pada Mata
Mata kelihatan kurang
bersinar daripada ketika mereka masih muda, dan cenderung mengeluarkan kotoran
mata yang menumpukdi sudut mata.
3.
Perubahan pada Keberfungsian Fisiologis
Perubahan-perubahan
pada tubuh bagian luar terjadi berbarengan dengan perubahan-perubahan pada
organ-organ dalam tubuh dan keberfungsiannya. Perubahan ini, pada sebagian
besar bagian tubuh, langsung atau tidak langsung diakibatkan perubahan jaringan
tubuh. Seperti gelang karet yang tua, dinding saluran arteri menjadi rapuh
dengan bertambahnya usia. Keadaan tersebut dapat menimbulkan kesulitan
sirkulasi. Meningkatnya tekanan darah, khususnya pada orang gemuk dapat
menyebabkan komplikasi jantung.
Fungsi kelenjar tubuh
menjadi lembam. Pori-pori dan kelenjar-kelenjar pada kulit yang membersihkan
kulit dari kotoran menjadi lebih pelan, sehingga bau badan bertambah. Berbagai
kelenjar yang dihubungkan dengan proses pencernaan berfungsi lebih lambat,
sehingga mengalami masalah karena pencernaan menjadi lebih sering bekerja.
Kesulitan makin
bertambah karena banyak orang usia madya menggunakan gigi palsu, yang justru
menambah kesulitan mengunyah. Selain itu, beberapa orang usia madya memperbaiki
kebiasaan makan mereka sesuai dengan semakin lambannya kegiatan mereka. Keadaan
ini kelihatannya menambah keterbatasan fungsi sistem penurunan. Akibatnya
konstipasi sering terjadi pada orang usia madya.
Mulai masa dewasa awal,
sel-sel otak juga berangsur-angsur berkurang. Tetapi, perkembangbiakan koneksi
neural (neural conection), khusunya bagi orang-orang yang tetap aktif,
membantu mengganti sel-sel yang hilang. Hal ini membantu menjelaskan pendapat
umum bahwa orang dewasa tetap aktif, baik secara fisik, seksual, maupun secara
mental, menyimpan lebih banyak kapasitas mereka untuk melakukan
aktivitas-aktivitas demikian pada tahun-tahun berikutnya.
Pada usia tua, sejumlah
neuron, unit-unit sel dasar dari sitem saraf menghilang. Menurut hasil sejumlah
penelitian, kehilangan neuron itu mencapai 50% selama tahun-tahun masa dewasa.
Tetepi, penelitian lain memperkirakan bahwa kehilangan itu lebih sedikit.
Bagaimana pun juga, menurut Santrock (1995), diperkirakan bahwa hingga 5 sampai
10% dari neuron kita berhenti tumbuh sampai kita berusia 70 tahun. Setelah itu,
hilangnya neuron akan semakin cepat.
Hilangnya sel-sel otak
dari sejumlah orang dewasa diantaranya disebabkan oleh serangkaian pukulan
kecil, tumor otak, tau karena banyak minum-minuman beralkohol. Semua ini akan
semakin merusak otak, menyebabkan terjadinya erosi mental yang sering disebut
dengan kepikunan (senility). Bahkan, juga dapat menimbulkan penyakit
otak yang lebih menakutkan lagi, yaitu penyakit Alzheimer, yang didera 3% dari
populasi dunia berusia 75 tahun. Alzheimer dapat merusak kecerdasan pikiran.
Pertama-tama Alzheimer menyebabkan memori berkurang, kemudian penalaran dan
bahasa memburuk. Sebagai penyakit yang menjalar cepat, setelah 5 hingga 20
tahun, penderita menjadi kehilangan arah, kemudian tidak dapat mengendalikan
diri, dan akhirnya kosong secara mental, hidup menjadi merana .
4.
Perubahan pada Kesehatan
Usia madya ditandai
dengan menurunnya kesegaran fisik secara umum dan memburuknya kesehatan. Di
mulai pada usia pertengahan empat-puluh tahunan terdapat peningkatan
ketidakmampuan dan ketidakabsahan yang berlangsung dengan cepat dan seterusnya.
Masalah kesehatan
secara umum pada usia madya mencakup kecenderungan untuk mudah lelah, telinga
berdengung, sakit pada otot, kepekaan kulit, pusing-pusing biasa, sakit pada
lambung (konstipasi, asam lambung dan sendawa), kehilangan selera makan, serta
insomnia.
Bagaimana usia madya
mempengaruhi kesehatan individu, tergantung pada banyak faktor, seperti faktor
keturunan, riwayat kesehatan masa lampau, tekanan emosi dalam hidup, dan
kemauan untuk menyesuaikan diri dengan pola hidup untuk mengubah kondisi
jasmani. Misalnya, orang yang agresif dan ambisi mungkin dapat mengelak dari
permasalahan kesehatan selama masa dewasa dini, akan tetapi setelah berusia
empat puluh tahun mereka tampaknya lebih banyak yang mengalami serangan jantung
dari pada mereka yang relatif santai dan melakukan sedikit pekerjaan.
Bagi wanita, perubahan
biologis yang utama terjadi selama masa pertengahan dewasa adalah perubahan
dalam hal kemampuan reproduktif, yakni mulai mengalami menopause atau
berhentinya menstruasi dan hilangnya kesuburan. Pada umunya, menopause mulai
terjadi pada usia sekitar 50 tahun, tetapi ada juga yang sudah mengalami
menopause pada usia 40 tahun. Peristiwa menopause disertai dengan berkurangnya
hormone estrogen. Bagi sebagian besar perempuan, menopause tidak menimbulkan
problem psikologis. Tetapi, bagi sebagian yang lain, menopause telah
menyebabkan munculnya sejumlah besar gejala psikologis, termasuk depresi dan
hilang ingatan. Sejumlah studi belakang ini menunjukkan bahwa problem-problem
tersebut sebenarnya lebih disebabkan oleh reaksi terhadap usia tua yang dicapai
oleh wanita dalam suatu masyarakat yang sangat menghargai anak-anak muda dari
pada peristiwa menopause itu sendiri.
Bagi laki-laki, proses
penuaan selama pertengahan dewasa tidak begitu nampak jelas, karena tidak ada
tanda-tanda fisiologis dari peningkatan usia seperti berhentinya haid pada
perempuan. Lebih dari itu, , laki-laki tetap subur dan mampu menjadi ayah
anak-anak sampai memasuki usia tua. Hanya beberapa kemunduran fisik juga
terjadi secara berangsur-angsur, seperti berkurangnya produksi air mani.
5.
Perubahan Seksual
Sejauh ini, penyesuaian
fisik yang paling sulit dilakukan oleh pria maupun wanita pada usia madya
terdapat pada perubahan-perubahan pada kemampuan seksual mereka. Wanita
memasuki masa menopause, atau perubahan hidup, dimana
masa menstruasi berhenti, dan mereka kehilangan kemampuan memelihara anak.
Sedangkan pria mengalami masa klimakterik pria.
Menopause dan klimakterik, keduanya diliputi dengan misteri bagi
kebanyakan pria dan wanita. Dan disini terdapat berbagai kepercayaan
tradisional, yang membuat orang semakin merasa takut dalam memasuki masa
tersebut dalam kehidupan mereka ketika wanita perubahan-perubahan fisik ini
terjadi. Masa-masa ketika wanita mengalami menopause ini sering disebut dengan
masa kritis.
Sekarang sudah lebih
banyak diketahui tentang penyebab dan akibat dari perubahan seksual yang
terjadi selama usia madya, dari pada waktu lampau. Selanjutnya terdapat fakta
yang berkembang bahwa perubahan tersebut merupakan bagian yang normal dari pola
kehidupan dan juga diketahui bahwa perubahan-perubahan psikologis selama usia
madya itu akibat dari tekana emosional dari pada gangguan fisik, keadaan ini
berlaku baik dari pria maupun wanita.
2.3 Perkembangan
kognitif
Pada umumya orang percaya bahwa
proses kognitif-belajar, memori, dan intelegensi mengalami kemerosotan
bersamaan dengan terus bertambahnya usia. Bahkan kesimpulan bahwa usia terkait
dengan penurunan proses kognitif ini juga tercermin dalam masyarakat ilmiah.
Akan tetapi, belakangan hasil jumlah penelitian menunjukan bahwa kepercayaan
tentang terjadinya kemerosotan proses kognitif bersamaan dengan penurunan
kemampuan fisik, sebenarnya hanyalah salah satu stereotip budaya yang meresap
dalam diri kita. Uraian berikut akan mengetengahkan beberapa perubahan penting
dalam proses kognitif yang terjadi pada masa dewasa dan usia tua:
1. Perkembangan
pemikiran postformal
Pada tahap ini perkembangan
intelektual dewasa sudah mencapai titik akhir puncaknya yang sama dengan
perkembangan tahap sebelumnya (tahap pemuda). Semua hal yang dialami sebenarnya
merupakan perluasan, penerapan, dan penghalusan dari pola pemikirannya. Orang
dewasa dalam menyelesaikan masalahnya juga memikirkannya terlebih dahulu secara
teoritis. Ia menganalisis masalahnya dengan penyelesaian berbagai hipotesis
yang mungkin ada. Atas dasar analisanya ini, orang dewasa lalu membuat suatu
strategi penyelesaian secara verbal. Yang kemudian mengajukan pendapat-pendapat
tertentu yang sering disebut sebagai proporsi, kemudian mencari sintesa dan
relasi antara proporsi yang berbeda-beda tadi.
Tahap perkembangan kognitif menurut
piage yaitu pemikiran remaja berada pada tahap operasional formal, tahap
kemempuan berpikir secara abstrak dan hipotesis. Tipe pemikiran ini dimulai
sekitar 11 tahun, tetapi tidak berkembang secara penuh sampai berakhirnya masa
remaja. Karena itu, piaget percaya bahwa seorang remaja dan seorang dewasa
memiki cara berfikir yang sama. Akan tetapi para pengkritik piaget menunjukan
bahwa kesimpulan piaget tersebut tidak dapat diterapkan pada
kebudayaan-kebudayaan lain, sebab ditemukan banyak anak remaja ternyata tidak
menggunakan pemikiran operasional formal. Bahkan sejumlah ahli perkembangan
percaya bahwa pada masa dewasalah individu akan menata pemikiran operasional
formal mereka. Mereka mungkin merencanakan dan membuat hipotesis tentang
masalah-masalah seperti remaja, tetapi mereka menjadi sistematis ketika
mendekati masalah sebagai orang dewasa. Ketika sejumlah orang dewasa lebih
mampu menyusun hipotesis dari pada remaja dan menurunkan suatu pemecahan
masalah dari suatu permasalahan, banyak orang dewasa yang tidak menggunakan
pemikiran operasional formal sama sekali.
Dengan demikian, kemampuan kognitif
terus berkembang selama masa dewasa. Akan tetapi, bagaimana pun tidak semua
perubahan kognitif pada masa dewasa yang mengarah pada peningkatan potensi.
Bahkan kadang-kadang beberapa kemampuan kognitif mengalami kemerosotan seiring
bertambahnya usia. Meski pun demikian, sejumlah para ahli percaya bahwa
kemunduran keterampilan pada masa dewasa madya dan akhir dapat ditingkatkan
kembali melalui serangkaian pelatihan khusus.
Penelitian K. Warner Schaie dan
Scherry Willis terhadap lebih dari 4.000 orang dewasa, yang kebanyakan berusia
lanjut, menunjukan bahwa penggunaan pelatihan keterampilan kognitif yang
bersifat individual telah berhasil meningkatkan orientasi ruang dan keterampilan-keterampilan
penalaran 2/3 orang-orang dewasa tersebut. Hampir 40% dari mereka yang
kemampuannya menurun, dapat kembali ditingkatkan hingga mencapai tingkat yang
mereka capai 14 tahun sebelumnya.
2. Perkembangan
memori
Salah satu karakteristik yang paling
sering dihubungkan dengan orang dewasa dan usia tua adalah penurunan dalam daya
ingat. Akan tetpi, apakah asumsi ini dapat dibenarkan ? sejumlah bukti
menunjukan bahwa perubahan memori bukanlah suatu yang sudah pasti terjadi
sebagai bagian dari proses penuaan, melainkan lebih merupakan stereotip budaya.
Hal yang dibuktikan oleh hasil studi lintas budaya yang dilakukan oleh B.L Levy
dan E. Langer terhadap orang tua dicina dan Amaerika. Hasil studi ini
menyimpulkan bahwa orang tua dalam kultur yang memberikan penghargaan tinggi
terhadap orang tua, seperti kultur cina daratan, kecil kemungkinan mengalami
kemerosotan memori dibandingkan dengan orang tua yang hidup dalam kultur yang
mengira bahwa kemunduran memori adalah sesuatu yang mungkin terjadi.
Lebih dari itu ketika orang tua
memperlihatkan kemunduran memori, kemunduran memori tersebut cenderung sebatas
pada tipe-tipe memori tertentu. Misalnya, kemunduran cenderung terjadi pada
keterbatasan memori episodik (episodic memories) atau memori yang
berhubungan dengan pengalaman-pengalaman tertentu yang ada di sekitar kehidupan
kita. Sementara tipe-tipe memori lain, seperti memori semantik (semantic
memories) adalah memori yang berhungan dengan pengetahuan dan fakta-fakta
umum, dan memori implisit (implicit memories) adalah memori bawah sadara
kita, secara umum tidak mengalami kemunduran karena pengaruh penuaan.
Kemerosotan dalam memori episodik,
sering menimbulkan perubahan-perubahan dalam kehidupan orang tua. Misalnya,
seseorang yang memasuki masa pensiun, yang mungkin tidak lagi menghadapai
bermacam-macam tantangan penyesuiaan intelektual sehubungan dengan pekerjaan,
dan mungkin lebih sedikit menggunakan memori atau bahkan kurang termotivasi
untuk mengingat beberapa hal, jelas akan mengalami kemunduran pada memorinya.
Untuk itu latihan menggunakan bermacam-macam stategi mnemonic (strategi
penghafalan) bagi orang tua, tidak hanya memungkinkan dapat mencegah kemunduran
memori jangka panjang, melainkan sekaligus memungkinkan dapat meningkatkan
kekuatan memori mereka.
Pada masa lalu, orang tua dengan
kasus-kasus berat dalam kemunduran memori, yang disertai dengan berbagai kesulitan
kognitif lainnya, dipandang sebagai penderita kepikunan. Kepikunan adalah suatu
istilah yang sebenarnya tidak tapat digunakan secara khusus bagi orang tua yang
mengalami kemunduran dalam perkembangan kemampuan mental, termasuk kehilangan
memori, disorientasi, dan kebingungan pada umumnya. Oleh sebab itu, dewasa ini
sejumlah ahli gerontologi memandang kepikunan sebagai sebuah istilah yang
ditujukan bagi orang-orang yang hidupnya sudah tidak berguna.
Jadi, kemerosotan fungsi kognitif
pada masa tua, pada umumnya memang merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari
lagi, karena disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penyakit kekacauan otak (alzheimer)
atau karena kecemasan dan depresi. Akan tetapi hal ini bukan berarti bahwa
keterampilan kognitif tidak bisa dipertahankan dan ditingkatkan. Kunci untuk
memlihara kognitif terletak pada tingkat pemberian beberapa rangsangan
intelektual. Oleh karena itu, orang tua sebenarnya sangat membutuhkan suatu
lingkungan perangsang dalam rangka mengasah dan memelihara
keterampilan-keterapilan kognitif mereka serta mengantisipasi terjadinya
kepikunan.
3. Perkembangan
intelegensi
Suatu mitos yang bertahan hingga
sekarang adalah bahwa menjadi tua berarti mengalami kemunduran intelektual.
Mitos ini diperkuat oleh sejumlah peneliti awal yang berpendapat bahwa seiring
dengan proses penuaan selama masa dewasa terjadi kemunduran dalam intelegensi
umum. Misalnya dalam studi kros-seksional, peneliti menguji orang-orang dari
berbagai usia pada waktu yang sama. Ketika memberikan tes inteligensi kepada
sampel yang respresentati, peneliti secara konsisten menemukan bahwa orang
dewasa yang lebih tua memberikan lebih sedikit jawaban yang benar dibandingkan
dengan orang dewasa yang lebih muda. Oleh karena itu, kita dapat menyimpulkan
bahwa kemunduran kemampuan mental merupakan bagian dari proses penuaan
organisme secara umum. Hampir semua studi menunjukan bahwa setelah mencapai
puncaknya pada antara 18 sampai 25 tahun, kebanyakan kemampuan manusia
terus-menerus mengalami kemajuan yang signifikan dan sedikit kemunduran.
Studi Thorndike mengenai kemapuan
belajar orang dewasa menyimpulkan bahwa kemampuan belajar mengalami kemunduran
15% pada usia 22 dan 42 tahun. Kemampuan untuk mempelajari pelajaran-pelajaran
sekolah ternyata hanya mengalami kemunduran sekitar 0,5% sampai 1% setiap tahun
antara 21 dan 41 tahun. Memang puncak kemampuan belajar bagi kebanyakan orang
terdapat pada usia 25 tahun, namun kemunduran yang terjadi sesudah 25 hingga 45
tahun tidak signifikan. Bahkan pada usia 45 tahun kemampuan belajar seseorang
sama baiknya dengan ketika mereka masih berusia antara 20 hingga 25 tahun.
Studi Thaorndike tersebut menunjukan
bahwa kemunduran kemampuan intelektulan pada orang dewasa tidak disebabkan oleh
faktor usia, melainkan oleh faktor-faktor lain. Witherington menyebutkan tiga
faktor penyebab terjadinya kemuduran kemampuan belajar orang dewasa. Pertama,
ketiadaan kapasitas dasar. Orang dewasa tidak akan memiliki kemampuan belajar
bila pada usia muda juga tidak memiliki kemampuan belajar yang memadai. Kedua.
Terlampau lamanya tidak melakukan aktivitas-aktivitas yang bersifat
intelektual, artinya orang-orang yang telah berhenti membaca bacaan-bacaan yang
berat dan berhenti pula melakukan pekerjaan intelektual, akan terlihat bodoh
dan tidak mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan semacam itu. Ketiga,
faktor budaya, terutama cara-cara seseorang memberikan sambutan, seperti
kebiasaan, cita-cita, sikap, dan prasangka-prasangka yang telah mengakar,
sehingga setiap usaha untuk mempelajari cara sambutan yang baru akan mendapat
tantangan yang kuat.
2.4 Aspek
Perkembangan Sosial
Selama masa dewasa, dunia sosial dan
personal dari individu menjadi lebih luas dan kompleks dibandingkan dengan
masa-masa sebelumnya. Penyesuaian sosial pada setiap tahap usia ditentukan oleh
dua faktor. Pertama adalah sejauh mana seseorang dapat memainkan peran sosial
secara tepat sesuai dengan apa yang diharapkannya. Kedua adalah sejauh mana
seseorang memainkan salah satu peran penting dalam mengembangkan tugas seseorang
selama usia madya untuk mencapai tanggung jawab sebagai warga Negara dan
tanggung jawab sosial.
Pada masa dewasa madya ini, individu
memasuki peran kehidupan yang lebih luas. Pola dan tingkah laku sosial orang
dewasa berbeda dalam beberapa hal dari orang yang lebih muda.
Perbedaan-perbedaan tersebut tidak disebabkan oleh perubahan-perubahan fisik
dan kognitif yang berkaitan dengan penuaan, tetapi lebih disebabkan oleh
peristiwa-peristiwa kehidupan yang dihubungkan dengan keluarga dan pekerjaan.
Selama periode ini orang melibatkan diri secara khusus dalam karir, pernikahan,
dan hidup berkeluarga. Menurut Erikson, perkembangan psikososial selama masa
dewasa dan tua ini ditandai dengan tiga gejala penting, yaitu keintiman,
genertif dan integritas.
1.
Perkembangan
Keintiman
Keintiman dapat diartikan sebagai
suatu kemampuan memperhatikan orang lain dan membagi pengalaman dengan mereka.
Orang yang tidak dapat menjalin hubungan intim dengan orang lain akan
terisolasi. Menurut Erikson, pembentukan hubungan intim ini merupakan tantangan
utama yang dihadapi oleh orang yang memasuki masa dewasa. Pada masa dewasa
madya ini, orang-orang telah siap dan ingin menyatukan identitasnya dengan
orang lain. Mereka mendambakan hubungan-hubungan yang intim-akrab, dilandasi
rasa persaudaraan, serta siap mengembangkan daya-daya yang dibutuhkan untuk
memenuhi komitmen-komitmen ini sekalipun mereka mungkin harus berkorban untuk
itu. Dalam suatu studi ditunjukkan bahwa hubungan intim mempunyai pengaruh yang
besar terhadap perkembangan psikologis dan fisik seseorang. Orang-orang yang
mempunyai tempat untuk berbagi ide, perasaan dan masalah, merasa lebih bahagia
dan lebih sehat dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki tempat untuk
berbagi (Traupmann & Hatfield, 1981). Adapun gejala dalam perkembangan
sosial ini adalah menimbulkan cinta dan berujung pada pernikahan.
a.
Cinta
Selama tahap perkembangan keintiman
ini, nilai-nilai cinta muncul. Cinta mengacu pada perilaku manusia yang sangat
luas dan kompleks. Menurut Santrock (1995), cinta dapat diklasifikasikan
menjadi empat bentuk cinta, yaitu: altrualisme, persahabatan, cinta yang
romantis atau bergairah, dan cinta yang penuh perasaan atau persahabatan.
Meskipun cinta sudah tampak dalam tahap-tahap sebelumnya (seperti cinta bayi
pada ibunya, dan cinta birahi pada remaja), namun perkembangan cinta dan
keintiman cinta sejati baru muncul setelah seseorang memasuki masa dewasa. Pada
masa dewasa ini, perasaan cinta lebih dari sekedar gairah atau romantisme,
melainkan suatu afeksi cinta yang penuh perasaan dan kasih sayang. Cinta pada
orang dewasa ini diungkapkan dalam bentuk kepedulian terhadap orang lain.
Orang- orang dewasa awal lebih mampu melibatkan diri dalam hubungan bersama,
dimana mereka saling berbagi hidup dengan seorang mitra yang intim. Suatu tipe
cinta yang paling kuat, atau cinta sempurna hanya akan terbentuk apabila
dilandasi oleh ketiga komponen cinta (gairah, keintiman dan komitmen).
b.
Pernikahan
dan Keluarga
Agar memiliki arti sosial yang
menetap, maka genelitas membutuhkan seseorang yang dicintai dan dapat diajak
melakukan hubungan seksual, serta dapat berbagi rasa dalam suatu hubungan
kepercayaan. Dihampir setiap masyarakat, hubungan seksual dan keintiman pada
masa dewasa awal ini diperoleh melalui lembaga pernikahan atau perkawinan.
Meskipun konsep dan definisi orang tentang perkawinan pada setiap kebudayaan
dan suku bangsa tidak sama, namun hampir setiap budaya dan suku bangsa agaknya
mempunyai pandangan yang sama bahwa perkawinan merupakan sesuatu yang bersifat
suci dan dibutuhkan dalam kehidupan ini. Meskipun belakangan ini kecenderungan
orang dewasa untuk hidup membujang meningkat dan perceraian sering terjadi,
namun orang Amerika masih menunjukkan kecenderungan yang kuat untuk
menikah.
Setiap individu cenderung mencari
pasangan hidup yang mempunyai latar belakang etnik, sosial dan agama yang sama.
Bertentangan dengan pendapat umum, kaum perempuan tampaknya kurang romantis
dibandingkan dengan laki-laki dalam usaha pendekatan memilih pasangan mereka.
Laki-laki cenderung lebih cepat jatuh cinta dari pada perempuan dan merasa puas
dengan kualitas calon pasangan mereka. Sebaliknya, perempuan lebih praktis dan
berhati-hati dalam menentukan pasangan dan lebih mungkin untuk membandingkan
calon pasangannya dengan alternatif lainnya.
Secara tradisi, perkawinan menuntut
perubahan gaya hidup yang lebih besar bagi perempuan dibandingkan dengan
laki-laki. Seorang laki-laki yang sudah menikah, biasanya melanjutkan karirnya,
sedangkan perempuan mungkin dituntut untuk melepaskan kebebasan kehidupan
lajangnya demi berbagai tuntutan peran dan tanggung jawab sebagai istri dan
ibu. Perubahan gaya hidup ini ternyata tidak jarang menjadi pemicu timbulnya
problem dalam perkawinan. Dalam penelitian nasional yang dilakukan Elizabeth
Douvan dan teman-temannya, dilaporkan bahwa hampir 60 % pria dan wanita dari
seluruh partisipan mengaku bahwa kadang-kadang mereka megalami berbagai problem
dalam kehidupan perkawinan mereka. Problem-problem perkawinan ini disebabkan
oleh beberapa faktor:
1.
pasangan
gagal mempertemukan dan menyesuaikan kebutuhan dan harapan satu sama lain.
2.
Salah satu
pasangan mengalami kesulitan menerima perbedaan-perbedaan nyata dalam kebiasaan
kebutuhan, pendapat, kerugian dan nilai. Problem yang saling mencolok ialah
masalah keuangan dan anak-anak,
3.
Adanya
perasaan cemburu dan perasaan memiliki yang berlebihan, membuat masing-masing
merasa kurang mendapat kebebasan,
4.
Pembagian
tugas dan wewenang yang tidak adil, kegagalan dalam berkomunikasi dan
masing-masing pasangan tumbuh dan berkembang ke arah yang berbeda, tidak
sejalan mencari minat dan tujuan sendiri-sendiri
2.
Perkembangan
Generativitas
Generativitas (Generativity),
adalah tahap perkembangan psikososial ketujuh yang dialami individu selama
pertengahan masa dewasa. Ciri utama tahap generativitas adalah perhatian terhadap
apa yang dihasilkan (keturunan, produk-produk, ide-ide dsb) serta pembentukan
dan penetapan garis-garis pedoman untuk generasi mendatang. Transmisi
nilai-nilai soaial ini diperlukan untuk memperkaya aspek psikoseksual dan aspek
psikososial kepribadian. Apabila generativitas lemah atau tidak diungkapkan,
maka kepribadian akan mundur, mengalami pemiskinan, dan stagnasi.
Bagi kebanyakan orang, usia antara
40-50 tahun merupakan masa paling produktif. Laki-laki dalam usia 40-an
biasanya berada pada puncak karir mereka. Pada usia ini, perempuan mempunyai
lebih sedikit tanggung jawab di rumah karena anak-anak telah besar dan dapat
mencurahkan lebih banyak waktu untuk karir atau kegiatan sosial. Kelompok ini
merupakan kelompok usia yang sesungguhnya mengatur masyarakat, baik dalam hal
kekuasaan maupun tanggung jawab.
Generitivitas pada masa usia baya
ini ialah suatu rasa kekhawatiran mengenai bimbingan dan persiapan bagi
generasi yang akan datang. Jadi pada tahap ini, nilai pemeliharaan berkembang.
Pemeliharaan terungkap dalam kepedulian seseorang pada orang-orang lain, dalam
keinginan memberikan perhatian pada mereka yang membutuhkannya serta berbagi
dan membagi pengetahuan serta pengalaman dengan mereka. Nilai pemeliharaan ini
tercapai lewat kegiatan membesarkan anak dan mengajar, memberi contoh dan
mengontrol.
3.
Perkembangan
Integritas
Integritas (Integrity) merupakan
tahap perkembangan psikososial Erikson yang terakhir. Integritas paling tepat
dilukiskan sebagai suatu keadaan yang dicapai seseorang setelah memelihara
benda-benda, orang-orang, produk-produk dan ide-ide serta setelah berhasil
melakukan penyesuaian diri dengan berbagai keberhasilan dan kegagalan dalam
kehidupannya. Lawan dari integritas adalah keputusasaan tertentu dalam
menghadapi perubahan-perubahan siklus kehidupan individu, terhadap
kondisi-kondisi sosial dan historis, ditambah dengan kefanaan hidup menjelang
kematian. Kondisi ini dapat memperburuk perasaan bahwa kehidupan ini tidak
berarti, bahwa ajal sudah dekat, dan ketakutan akan kematian. Seseorang yang
dapat menangani masalah yang timbul pada tahap kehidupan sebelumnya, maka dia akan
mendapatkan perasaan yang utuh atau integritas. Sebaliknya seorang yang berusia
tua melakukan peninjauan kembali terhadap kehidupannya yang silam dengan penuh
penyesalan, menilai kehidupannya sebagai rangkaian yang hilangnya kesempatan
dan kegagalan, maka pada tahun-tahun akhir kehidupan ini merupakan tahun-tahun
yang penuh dengan keputus asaan.
Pertemuan antara integritas dan
keputusasaan yang terjadi pada tahap kehidupan yang terakhir ini menghasilkan
kebijaksanaan. Kebijaksanaan yang sederhana akan menjaga dan dan memberikan
integritas pada pengalaman-pengalaman yang diperoleh pada tahun-tahun yang
silam. Mereka yang berada pada tahap kebijaksanaan dapat menyajikan kepada
generasi-generasi yang lebih muda suatu gaya hidup yang bercirikan suatu perasaan
tentang keutuhan dan keparipurnaan. Perasaan keutuhan ini dapat meniadakan
perasaan putus asa dan muak, serta perasaan berakhir ketika situasi-situasi
kehidupan kini berlalu. Persaan tentang keutuhan juga akan mengurangi perasaan
tak berdaya dan ketergantungan yang biasa menandai akhir kehidupan.
2.5 Aspek
Perkembangan Emosi
Dalam banyak hal, periode dewasa
madya adalah waktu timbulnya tekanan emosional. Bernice Nengeartein (Callhoun
dan Acocella, l990) mengatakan bahwa peroiode ini merupakan suatu masa ketika
orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya. Meskipun bagi orang lain
ada kalanya periode ini justru merupakan permulaan kemunduran, namun bagi
Erik Erikson (Callhoun dan Acocella, l990) dalam periode ini individu
memiliki antara kearifan dan penyerapan pribadi. Kearifan yang dimaksud adalah
kapasitas untuk mengembangkan perhatian terhadap orang lain atau masyarakat
sekitar. Orang yang gagal mengembangkan kapasitas kearifan ini mungkin menjadi
semakin terserap pada diri mereka sendiri seperti larut dalam kehidupan duniawi
dan bendawi saja. Teori Erikson ini berpijak pada kenyataan yang dia
sinyalir bahwa dalam setiap tingkat kehidupan selalu dicirikan dengan
pilihan-pilihan antara 2 pendekatan terhadap kehidupan, satu positif dan
satunya negatif. Tampaknya tengah baya merupakan salah satu waktu dalam
hidup seseorang dimana banyak terjadi peristiwa besar yang memaksanya untuk
mengadakan penataan kembali. Penataan kembali itu kiranya terjadi karena adanya
beberapa perubahan besar dalam hal fisiologis, psikologis, seksual dan
perubahan-perubahan sosial yang menyertai ketiga perubahan itu.
Ada beberapa bahaya personal bagi orang berusia madya
dalam menyesuaikan diri dengan peran dan gaya hidup baru. Dari itu semua, ada
tujuh macam yang dianggap umum dan serius.
1.
Diterimanya
Kepercayaan Tradisional
Diterimanya kepercayaan tradisional
tentang ciri-ciri usia madya mempunyai pengaruh yang sangat mendalam terhadap
perubahan perilaku fisik yang terjadi seiring dengan bertambahnya usia.
Seseorang yang mengalami menopause misalnya, seiring disebut sebagai “masa
krisis” (critical period), kepercayaan seperti ini dapat menambah rasa takut
yang tidak menentu, seperti dikatakan oleh Parker.
2.
Idealisasi
Anak Muda
Banyak orang usia madya khususnya
kaum pria secara konstan menentang pengelompokan usia dalam pola perilaku umum.
Seorang pria mungkin akan menolak untuk patuh mengikuti resep dokter tentang
diet atau akan menolak untuk membatasi kegiatan walaupun dengan alasan
kesehatan. Seperti anak yang menjelang usia akil baliq, mereka juga tidak mau
dibatasi perilakunya. Begitu juga orang yang berusia madya, mereka juga tidak
mau dibatasi perilaku dan perilakunya, tetapi masing-masing dari contoh
tersebut mempunyai alasan yang berbeda. Sikap pemberontak seperti itu berasal
dari pengenalan terhadap nilai bahwa masyarakat mengikat anak muda dan karena
itu mereka menentang terhadap setiap bentuk pembatasan, ini berarti mereka
sedang tumbuh menjadi lebih tua. Kondisi yang seperti ini menyebabkan mereka
yang berusia madya menderita biasa atau lebih serius.
3.
Perubahan
Peran
Merubah peran bukanlah masalah yang
mudah, terutama setelah seseorang telah memainkan peran tertentu selama periode
waktu yang relatif lama dan telah belajar memperoleh kepuasan dari peran
tersebut. Lebih lanjut, dapat dikatakan bahwa terlalu berhasil dalam suatu
peran nampaknya dapat mengakibatkan kekakuan sehingga proses penyesuaian
terhadap peran lain akan menjadi sulit.
4.
Perubahan
Keinginan Dan Minat
Bahaya besar dalam penyesuaian diri
seseorang pada masa usia madya timbul karena ia mau tidak mau harus mengubah
keinginan dan minatnya sesuai dengan tingkat ketahanan tubuh dan kemampuan
fisik serta memburuknya tigkat kesehatan fisik. Mereka mau tidak mau harus
mencoba untuk mencari dan mengembangkan keinginan baru sebagai pengganti
keinginan lama yang biasa dilakukan, atau jauh hari sebelum masa madya tiba
mereka telah mengembangkan keinginan baru tersebut yang cukup menarik sehingga
dapat membebaskannya dari perasaan tertekan dan tidak enak karena kehilangan
keinginan yang biasanya dilakukan. Apabila hal ini tidak dilakukan, mereka akan
merasa bosan dan bingung karena mereka tidak tahu bagaimana cara memanfaatkan waktu
yang begitu banyak. Seperti seorang dewasa yang menjadi bosan pada waktu mereka
harus mencari berbagai kegiatan dan keinginan untuk mengisi waktu yang begitu
banyak.
5.
Simbol
Status
Pada umumnya wanita semakin tua
semakin tertarik pada simbol status yang dapat membahayakan penyesuaian pribadi
dan sosial, apabila keluarga tidak berusaha untuk mencapai atau memiliki simbol
yang diinginkan. Dalam kasus seperti ini, ada tiga reaksi umum sebagai bagian
dari wanita yang sangat membutuhkan simbol tersebut. Pertama, dia akan mengeluh
dan mengomeli suaminya yang tidak dapat menyediakan cukup uang untuk memperoleh
status tersebut. Kedua, dia akan bersikap boros dan menjerumuskan keluarganya
dengan melakukan utang. Ketiga, dia bisa juga berbuat sesuatu dengan bekerja
misalnya agar mempunyai cukup uang demi mencukupi kebutuhannya. Semua pola
respon tersebut merupakan tanda betapa besar keinginan seseorang untuk
memperoleh simbol status. Sikap seperti ini dapat menimbulakn percekcokan
dengan keluarga, terutama perilaku yang ketiga tadi yang menjadikan banyak pria
menjawab dan bersikap tidak menyenangkan. Karena ia sadar hal itu tidak mungkin
ia peroleh.
6.
Aspirasi
Yang Tidak Realistis
Orang berusia madya yang mepunyai
keinginan yang tidak realistis tentang apa yang ingin dicapai menghadapi
masalah yang serius dalam proses penyesuaian diri dan sosial, apabila kelak ia
menyadari bahwa ia tidak bisa mencapai tujuan tersebut. Sikap tidak realistis
ini sering merupakan faktor bawaan sejak masa remaja. Bahaya ini merupakan efek
langsung bagi pria, sedang bagi wanita merupakan efek tidak langsung apabila
suaminya atau tidak mampu untuk mencapai cita-cita yang diinginkan.
7.
Perubahan
Kepribadian
Sehubungan dengan hilangnya
keperkasaan menyebabkan sejumlah orang usia madya berperilaku hampir sama
dengan orang berusia muda yang sedang menunjukkan kejantanannya. periode ini
bisa menjadi periode yang berbahaya bagi pria-pria, dimana ia masih mempunyai
istri namun terlibat juga dalam urusan cinta dengan perempuan lain.
KESIMPULAN
1.
Pada umumnya usia madya atau usia setengah baya dipandang sebagai masa usia
antara 40 sampai 60 tahun, masa tersebut pada akhirnya ditandai oleh adanya
perubahan-perubahan jasmani dan mental, penurunan kekuatan fisik dan diikuti oleh
penurunan daya ingat.
2.
Perkembangan yang terjadi pada masa dewasa madya dari aspek fisik
diantaranya, terjadinya perubahan dalam penampilan, perubahan dalam kemampuan
indera, perubahan pada keberfungsian fisiologis, perubahan pada kesehatan dan
perubahan pada seksual.
3.
Orang
percaya bahwa proses kognitif-belajar, memori, dan intelegensi mengalami
kemerosotan bersamaan dengan terus bertambahnya usia. Uraian berikut akan
mengetengahkan beberapa perubahan penting dalam proses kognitif yang terjadi
pada masa dewasa dan usia tua: pemikiran perkembangan postformal, perkembangan
memori dan perkembangan intelegensi.
4.
Selama masa
dewasa, dunia sosial dan personal dari individu menjadi lebih luas dan kompleks
dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Penyesuaian sosial pada setiap tahap
usia ditentukan oleh dua faktor. Pertama adalah sejauh mana seseorang dapat
memainkan peran sosial secara tepat sesuai dengan apa yang diharapkannya. Kedua
adalah sejauh mana seseorang memainkan salah satu peran penting dalam
mengembangkan tugas seseorang selama usia madya untuk mencapai tanggung jawab
sebagai warga Negara dan tanggung jawab sosial.
5.
Dalam banyak
hal, periode dewasa madya adalah waktu timbulnya tekanan emosional. Bernice
Nengeartein (Callhoun dan Acocella, l990) mengatakan bahwa peroiode ini
merupakan suatu masa ketika orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya.